Slow loris

Slow loris

 Common name : Kukang, Nycticebus coucang

Taxonomi Karakteristik
Ordo : Primata ·      Nokturnal

·      Arboreal/terestrial

·      Soliter/spasial grup

·      Dental comb incisivus bawah

·      Mata bulat dan besar

·      Laju reproduksi rendah

·      Diet: buah, serangga, binatang kecil, getah pohon, telur

Sub ordo : Prosimian (Bod­daert, 1785)
Famili : Lorisidae
Sub family : Lorisinae (Loridae)
Genus : Nycticebus
Spesies : N. coucang

(Asian Primates Journal, 2014)

Slow loris (Nycticebus coucang) atau yang lebih sering dikenal dengan nama kukang merupakan salah satu satwa primata yang dilindungi berdasarkan UU RI nomor 5 tahun 1990. Kukang termasuk ke dalam kategori vulnerabel/rentan (IUCN) dan Apendix I (CITES). Distribusi di alam meliputi Sumatera, kepulauan Riau, dan Pulau Natuna (APJ vol.4, 2014). Panjang kepala dan tubuh 265-380 mm, dengan ekor yang sangat pendek. Rambut pendek dan tebal berwarna coklat cerah sampai merah kecoklatan, bagian ventral biasanya lebih terang. Garis gelap dari leher sampai punggung (Nowak 1991). Variasi warna rambut sangat mungkin terjadi berdasarkan daerah habitatnya (Schulze 2006a).

Kukang memiliki laju reproduksi yang lambat, dan hanya satu ekor anak pada setiap kelahiran. Lama kebuntingan 184-197 hari, dengan jarak tiap kebuntingan 12-18 bulan, dan lama waktu menyusui adalah 175-213 hari (Wiens 2002; Weisenseel et al. 1998).

Kukang merupakan satwa yang hidup secara soliter akan tetapi juga stabil pada grup kecil yang terdiri dari satu jantan dewasa, satu betina dewasa, dan bisa sampai tiga indvidu muda  (Wiens 2002).  Kukang bisa hidup sampai berumur 20 tahun (Rowe 1996).

Ancaman Terbsesar

Hilangnya habitat alami secara signifikan dan perburuan merupakan ancaman terbesar pada satwa ini. Alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan, perumahan, kawasan industri menyebabkan kukang kahilangan tempat tinggal dan sumber pakannya. Kukang sering diperjual belikan sebagai hewan piaraan di berbagai lokasi di Indonesia. Perdagangan kukang ini mulai meningkat pada akhir 1990 (Nijman 2002). Estimasi perdagangan ini sangat tinggi, seperti di Palembang 40 ekor/bulan (ProFauna Indonesia 2006), pasar Pramuka Jakarta 200 ekor/bulan (den Haas 2006), pasar burung Medan 692 ekor dalam kurun waktu 1997-2001 (Shepherd et al. 2004). Bahkan satwa ini juga diselundupkan ke luarnegeri melalui Madan ke Malaysia, Singapura, dan Thailand (Shepherd et al. 2004). Tahun 2003, 117 kukang disita di Jakarta yang akan diselundupkan ke Jepang dan Kuwait(Smits in litt. 2003).

Editor : Suryo Saputro

Photo : Entang Iskandar

Referensi

Asian Primates Journal volume 4 number 1 2014,  A Journal of the Southeast Asia, South Asia and China Sections of the IUCN SSC Primate Specialist Group

den Haas, F. (2006): Loris monkeys near extinction: Java, Indonesia. Jakarta Post 20th January.

Nijman, V. (2002): Forest and primates, a general introduction to the conservation of endemic primates in the Sundaic region. In: Forest (and) primates: Conservation and ecology of the endemic primates of Java and Borneo. Tropenbos Kalimantan Series 5, Tropenbos International (ed.), Wageningen, The Netherlands: 1-12.

Nowak, R. (1991): Walker’s mammals of the world. Vol.1; 5th Edition, Johns Hopkins University Press, Baltimore, London.

ProFrauna Indonesia (2006): Each month 40 slow lorises and 20 leopard cats are being illegally traded in Palembang, Sumatra. Press release dated 19th May.

Rowe, N. (1996): A pictorial guide to the living primates. Pogonias Press, New York.

Schulze, H. (2006a): in litt. to Pro Wildlife, email correspondence April

Shepherd, C. et al. (2004): Open season: An analysis of the pet trade in Medan, Sumatra 1997-2001. TRAFFIC Southeast Asia.

Smits, W. (2003): in litt. to H. Schulze, dated 30th January.

Weisenseel, K. et al. (1998): A comparison of reproduction in two species of Nycticebus. Folia Primatol. 69 (suppl.1): 321-324.

Wiens, F. (2002): Behaviour and ecology of wild slow lorises (Nycticebus coucang): Social organisation, infant care system and diet. Dissertation, Faculty of Biology, Chemistry, and Geosciences, University Bayreuth.