Macaca tonkeana

Macaca tonkeana

Macaca tonkeana

Monyet hitam tonkean atau monyet tonkean (Macaca tonkeana) adalah spesies primata di keluarga Cercopithecidae. Satwa primata ini merupakan endemik dari Sulawesi Tengah dan Kepulauan Togian terdekat di Indonesia (Groves 2005).

Taksonomi

Menurut Fooden (1969) Macaca tonkeana diklasifikasikan sebagai berikut:

Kerajaan          : Animalia
Divisi                : Chordata
Kelas                : Mammalia
Memesan        : Primata
Keluarga         : Cercopithecidae
Marga             : Macaca
Jenis               : Macaca tonkeana (Mayer 1899)

 

Morfologi

Hewan ini memiliki tungkai yang kuat, moncong yang cukup panjang dan ekor pendek yang tidak mencolok. Dasar wajah didominasi warna hitam, dengan area cokelat ringan di pipi dan pantat. Panjang tubuh 42-68 cm, panjang ekornya 3-6 cm. Bobot jantan sekitar 14,9 kg dan bobot betina sekitar 9 kg. Hewan ini banyak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bergerak-gerak di kanopi pohon, tapi juga bergerak di atas tanah (terestrial)(Supriatna dan Wahyono 2000).

Populasi

Kepadatan populasi Macaca tongkeana berkisar 3-5 individu/km2. Dengan luas daerah jelajah berkisar antara 25-40 ha dan jelajah hariannya mencapai 1.100 m (Supriatna dan Wahyono 2000).

Ancaman

Spesies ini kerap diracuni dan terjebak sebagai hama pertanian. Ancaman lainnya termasuk berburu makanan, koleksi untuk hewan peliharaan dan konversi habitat, terutama karena perkebunan kelapa sawit dan kakao, dan permukiman manusia, semuanya diproyeksikan meningkat dalam dekade mendatang (Supriatna dan Wahyono 2000).

Penyebaran

Satwa ini dapat ditemukan di Sulawesi Tengah, mulai dari bagian utara sampai selatan. Sebelah utara dibatasi oleh dataran rendah Siweli-Kasimbar, sebelah barat daya oleh penyempitan Danau Tempe, dan sebelah tenggara oleh Danau Matana dan Danau Towuti (Supriatna dan Wahyono 2000).

Hewan ini tersebar di beberapa kawasan lindung, termasuk: Taman Nasional Lore Lindu (2.290 km2); Cagar Alam Morowali (2.250 km2); Pasak. Faruhumpenai (900 km2) dan Towuti (687 km2) dan Taman Rekreasi Alam Danau Matano (331 km2).

Kera hitam Tonkean tinggal di bagian tengah Sulawesi selatan sampai Latimojong, barat daya ke dasar dataran tinggi Toraja (tempat bercampurnya dengan Macaca maura), tenggara ke wilayah danau di semenanjung tenggara, dan barat laut ke tanah genting antara Palu Dan Parigi (di mana ia bercampur dengan Macaca hecki) (Groves 2001).

Habitat

Spesies ini ditemukan di hutan hujan dengan ketinggian sedang dari ketinggian laut hingga 2.000 meter. Selanjutnya dijelaskan Boti dapat hidup di hutan primer dataran rendah, hutan sekunder hingga ketinggian 1.300 meter diatas permukaan laut (Supriatna dan Wahyono 2000).

Pakan

Hewan ini menyukai makan buah terutama memakan buah ara dan buah lainnya, tapi juga memakan bambu, biji, tunas, kecambah, daun dan tangkai bunga, serta serangga dan binatang invertebrata lainnya. Di dekat lahan pertanian, tanaman tersebut dapat menyerang perkebunan jagung, buah dan sayuran. Komposisi makan hewan ini antara lain buah 57%, daun 17%, serangga 8%, bunga4%, tunas pohon 2%, dan sisanya berupa rumput, jamur, moluska, tanah dan berbagai jenis vertebrata kecil lainnya (Supriatna dan Wahyono 2000).

Status Konservasi

Macaca tongkeana dalam daftar CITES termasuk dalam Appendix II yang rentan (Lower Risk/ near threat), Spesies ini dianggap Rentan karena penurunan yang terus berlanjut diperkirakan lebih dari 30% selama tiga generasi (sekitar 40 tahun) di masa lalu dan masa depan, karena proyeksi peningkatan kelapa sawit, kakao dan pemukiman manusia (Supriatna J dan Richardson M. 2008). Penambangan yang meluas di Sulawesi Tengah dan di provinsi Gorontalo di dekatnya diyakini memperburuk masalah hilangnya habitat (Syamsul Huda MS dan Sangadji R 2014).

Editor  : Irma H Suparto

Photo  : Safari Zoo de Thoiry

Rujukan Pustaka

Groves CP. 2005. Wilson, DE; Reeder, DM, eds. Spesies Mamalia di Dunia: Referensi Taksonomi dan Geografis (edisi ke-3). Baltimore: Johns Hopkins University Press. Hal. 165. ISBN 0-801-88221-4 .

Supriatna J dan Wahyono EH. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia. Cetakan 1. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia 2000.

Supriatna J. dan Richardson M. 2008. Macaca tonkeana. Daftar Merah Terancam IUCN Spesies yang Terancam 2008: e.T12563A3359793. Diunduh pada 01 Agustus 2017

Syamsul Huda M.Suhari dan Ruslan Sangadji. 2014. Pertambangan, penggundulan hutan mengancam kera hitam endemik’, The Jakarta Post, 11 Februari 2014.