Tarsius spectrum

Tarsius spectrum

Tarsius spectrum

Nama lain

Tangkasi (Minahasa) (Supriatna et al. 2000)

Klasifikasi

Ordo                : Primata
Infraordo        : Tarsiiformes (Gregory 1915)
Famili              : Tarsiidae (Gray 1825)
Genus              : Tarsius (Storr 1780)
Spesies            : Tarsius spectrum

Tangkasi (Tarsius spectrum) adalah primata dari genus Tarsius dan famili Tarsiidae yang merupakan satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes. Meskipun grup ini dahulu kala memiliki penyebaran yang luas, akan tetapi semua spesies yang hidup sekarang jumlahnya terbatas dan ditemukan di sebagian pulau-pulau di Asia Tenggara.

Karakteristik

Tarsius bertubuh kecil dengan mata yang sangat besar, tiap bola matanya berdiameter sekitar 16 mm dan keseluruhan berukuran sebesar otaknya (Shumaker 2003). Kaki belakangnya juga sangat panjang. Tulang tarsus di kakinya sangat panjang dan dari tulang tarsus inilah nama tarsius berasal. Panjang kepala dan tubuhnya 10 sampai 15 cm, namun kaki belakangnya hampir dua kali panjang badan dan kepala tersebut. Tarsius memiliki ekor yang ramping sepanjang 20 hingga 25 cm, jari-jari memanjang, dengan jari ketiga kira-kira sama panjang dengan lengan atas. Di ujung jari terdapat kuku namun pada jari kedua dan ketiga dari kaki belakang berupa cakar yang dipakai untuk merawat tubuh. Rambut Tarsius umumnya berwarna cokelat abu-abu, cokelat muda atau kuning-jingga muda (Niemitz  1985).

Tarsius secara umum merupakan hewan nokturnal (aktif pada malam hari) dan insektivora. Kebuntingan berlangsung selama enam bulan, dan hanya satu ekor anak pada setiap kelahiran.

Konservasi

Tangkasi merupakan hewan yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang No.5/1990 dan Peraturan Pemerintah No.7/1999, termasuk kategori rentan atau Vulnerable (IUCN) dan tercantum dalam Appendix II (CITES). Keunikan yang dimilikinya menjadikan hewan ini terus diburu untuk diperdagangkan secara ilegal sebagai hewan peliharaan (Wirdateti & Dahrudin, 2006). Hal ini tentu saja menyebabkan penurunan populasi tangkasi di alam. Selain itu, ancaman serius terhadap penurunan populasi tangkasi di alam adalah kegiatan penebangan liar  dan alih fungsi hutan yang menyebabkan semakin berkurangnya habitat tangkasi di alam.

Editor : Silvia A. Prabandari

Photo : R. Suryo Saputro

Referensi

Niemitz, C. (1984). Macdonald, D., ed. The Encyclopedia of Mammals. New York: Facts on File. pp. 338–339. ISBN 0-87196-871-1.

Shumaker, Robert W., Benjamin B. Beck (2003). Primates in Question. Smithsonian Books. ISBN 1-58834-151-8.

Supriatna, J., Edy HW (2000). Panduan Lapangan Primata Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. ISBN 979-461-355-X.

Wirdateti, H., Dahrudin. 2006. Pengamatan Pakan dan Habitat Tarsius spectrum (Tarsius) di Kawasan Cagar Alam Tangkoko-Batu Angus, Sulawesi Utara.[Jurnal Ilmiah Biodiversitas Volume 7 No.4 hal 373-377]