Studi Ekologi dan Populasi Kukang di Pulau Bangka
Studi Ekologi dan Populasi Kukang di Pulau Bangka
Studi kukang di Pulau Bangka pada akhirnya kembali dilakukan setelah sekian lama terhenti. Primata malam dengan nama spesies Nycticebus bancanus, memiliki daerah sebaran di Kalimantan bagian Barat Daya dan Pulau Bangka ini sudah semakin langka dan jarang terlihat. Untuk mengetahui bagaimana keadaannya di alam maka perlu dilakukan studi ekologi dan populasinya di Pulau Bangka. Studi ini untuk pertama kalinya dilakukan oleh Randi Syafutra, penggiat konservasi satwa Pulau Bangka. Randi menyatakan bahwa kukang di Pulau Bangka sudah sangat jarang terlihat di alam akibat maraknya konversi hutan sebagai habitat kukang menjadi areal tambang timah inkonvensional (TI) dan perkebunan sawit, serta perburuan dan perdagangan. Berdasarkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), kukang telah masuk dalam daftar Appendix I yang berarti bahwa segala bentuk perdagangan kukang adalah terlarang.
Studi yang dilakukan oleh lulusan S2 Primatologi Institut Pertanian Bogor (IPB) ini telah dimulai pada September 2017 dan selesai pada November 2018, serta didukung oleh The Mohamed bin Zayed Conservation Fund (MBZCF), F2B (Flora Fauna Bangka), ALOBI (Animal Lover of Bangka Island), dan PROFAUNA-Indonesia (Protection of Forest and Fauna-Indonesia). Menurut Randi, studi ini sangat penting dilakukan dikarenakan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai karakteristik habitat dan distribusi kukang di Pulau Bangka.
Selain melakukan studi, Randi menyatakan akan melakukan kegiatan edukasi konservasi kukang pada masyarakat lokal dan pelajar dengan harapan dapat meningkatkan kepedulian mereka terhadap kukang. Sebelum melakukan studi ekologi dan populasi kukang, Randi telah melakukan studi ekologi dan populasi mentilin (Cephalopachus bancanus bancanus) di Pulau Bangka yang didukung oleh The Rufford Foundation.