Owa Jawa Berhasil Ditangkarkan Oleh Pusat Studi Satwa Primata
Dalam rangkaian acara Penganugerahan Pusat Unggulan Iptek 2014 yang dilaksanakan pada hari Selasa 16 Desember lalu, terdapat Pameran Produk Pusat Unggulan Iptek (PUI) yang digelar di lobby Gedung II BPPT selama 2 hari yaitu pada tanggal 16-17 Desember 2014. Tidak kurang dari 27 lembaga Pusat Unggulan Iptek menampilkan produk unggulannya. Yang menarik, dari 27 stand pameran PUI tersebut, terdapat stand pameran dari Pusat Studi Satwa Primata (PSSP). Dikatakan menarik karena dari sebagian besar litbang yang menampilkan produk-produk hasil olahan dan penelitian sebagai pusat unggulannya, di Pusat Studi Satwa Primata ini produknya yaitu berupa primata yang dapat dijadikan sebagai hewan model.
Pusat studi yang berada di bawah lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat Institut Pertanian Bogor ini dibentuk sebagai respon terhadap kebutuhan akan suatu institusi yang dapat berperan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan manajemen yang berhubungan dengan satwa primate, serta dapat berperan pada tingkat nasional maupun internasional. Karena Indonesia kaya akan spesies primata, lebih dari 35 spesies satwa primata sebagian besar adalah endemik khas Indonesia. oleh karena itu, Satwa Primata merupakan pusat yang sangat potensial untuk selalu berkembang dan diharapkan dapat bermanfaat bagi Indonesia yang kaya akan biodiversitasnya.
Potensi dari Pusat Studi Primata ini meliputi bidang keilmuan Biomedis, Biologi, dan Konservasi. Dalam pejelasannya, Sekretaris Eksekutif Pusat Studi Primata, Irma Suparto mengatakan, “di bidang Biomedis, primata yang tidak dilindungi di indonesia atau yang sering kita kenal sebagai topeng monyet dan monyet beruk yang sering dipakai untuk mengambil kelapa dianggap hama di indonesia. Oleh karena itu, hewan ini kami tangkarkan kemudian digunakan untuk membuktikan penyakit pada manusia, misalnya kita mau mengujicobakan suatu bahan obat atau vaksin, dan lain-lain.”
Yang membedakan litbang ini dengan litbang lainnya dalam pameran PUI kemarin adalah salah satu produk dari satwa primata ini adalah hewan model yang digunakan untuk penyakit manusia. Tetapi untuk mencapai menjadi hewan model harus melalui berbagai tahapan, antara lain hewannya harus anakan dan bukan liar, selain itu bebas virus2 tertentu atau yang disebut specific pathogen free.
“Kami membuat suatu system ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) yaitu analisis untuk virus yang ada di monyet. Kemudian dengan Western Blot Assay untuk mendeteksi adanya virus tersebut,” tambah Irma Suparto. Produk lain dari Pusat Studi Satwa Primata diantaranya yaitu Enzym Reverse Transcriptase yang dipakai banyak di bidang Bioteknologi, karena enzim ini dibutuhkan untuk memperbanyak DNA atau RNA. Saat ini, enzim tersebut sedang dikembangkan dan bekerja dengan suatu industri. Selain di bidang biomedis, PSSP juga membuat sistem sel puncak yang bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bagian bedah, bagian perbaikan gigi, dan bagian perbaikan tulang.
Bidang keilmuan selanjutnya yaitu Konservasi yang telah dilakukan PSSP terhadap hewan-hewan yang terancam punah, antara lain Tarsius, Kukang, Bekantan, dan Owa Jawa. Dalam keterangannya Irma Suparto menceritakan, “Kami telah menangkarkan Owa Jawa yang merupakan hewan monogamy, artinya hewan tersebut harus dipasangkan terlebih dahulu. Kami memiliki sepasang Owa Jawa yang diberi nama Ari dan Mimis , namun sekarang sudah pulang ke Taman Safari karena sekarang udah punya 5 anak dan sekarang tambah besar, sehingga perlu ruangan yang lebih luas, akhirnya dibawa ke Taman Safari.”
Bidang keilmuan lain adalah Biologi. Untuk memperbanyak hewan, harus mempelajari tingkah laku, dan reproduksinya terlebih dahulu, Karena masing-masing hewan mempunyai sifat reproduksi yang sedikit berbeda. Oleh karena itu, bidang biologi penting untuk mengenal genomik, yaitu system peta gen hewan tersebut.
“Kami sangat bersyukur mendapatkan kesempatan menjadi binaan PUI yang berfokus pada biomedis dengan mengutamakan prosesnya melalui konservasi dan biologi. Fokus kami nanti adalah membuat hewan 2 model untuk penyakit degenaratif. Karena Indonesia makin banyak obesitas, jadi penelitian tentang obesitas, penyakit jantung, arterosklerosis, dan diabetes, itu semua saling berkaitan” ungkap Irma.
Penyakit non infesis yang sangat menjadi masalah di Indonesia adalah Demam berdarah, angka kematian tinggi, namun vaksinnya belum ada. PSSP mempunyai kerjasama konsorsium dengue yang juga dari ristek untuk menghasilkan vaksin Demam Berdarah. Kemudian PSSP mempersiapkan hewan model yang bebas dari anti body dengue atau antigennya.
“Oleh karena itu, mungkin produknya beda dengan teman2 PUI lain, banyak produk-produk yang bisa dimakan, ditanam, atau dijual langsung. Kalau kami produknya adalah memfasilitasi teman-teman lain yang mau meneliti menggunakan hewan yang memenuhi syarat, memenuhi kriteria, dan mau menjaga kesejahteraan hewan,” tambahnya.
Pusat Studi Satwa Primata yang telah terakreditasi oleh AAALAC Internasional sejak tahun 2006 ini juga melakukan Kerjasama dengan LSM antara lain dengan Orang utan rehabilitasi, Tanjung Putting, dan Java Gibbon Center (JGC). Sedangkan kerjasama Luar negeri yaitu dengan AS meliputi Wake Forest University untuk mempelajari tentang penyakit Atherogenic; dengan Washington University untuk mempelajari tingkah laku hewan, konservasi, dan juga HIV; dengan Koppenhagen untuk mempelajari Human Papilloma Virus; dan dengan Thailand untuk mempelajari HIV. Sedangkan kerjasama dalam negeri antara lain dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, dan juga di Makassar. (nisa-pkl/humasristek)
Sumber : Ristek